Seringkali tanpa kita sadari kita menjawab pertanyaan dari lawan bicara kita seperti tanya jawab berikut ini :
(antara customer dan customer service)

Bisa nggak mas saya bayar pakai kartu kredit?

“kalau nggak salah bisa?” atau “sepertinya bisa”

Boleh nggak saya minta bonus free sama bos?

“Sepertinya bisa” atau “mungkin bisa pak”

De el el de el el…..

Kata-kata “mungkin”, “sepertinya”, kira-kira”, dan sejenisnya identik dengan sesuatu yang masih ragu dan tidak pasti.

Pelajaran ini saya dapat ketika masih menempuh kuliah di jurusan perhotelan dan pariwisata dan hingga kini tetap saya terapkan pada diri saya dan anak didik yang saya bimbing.

Saya rasa semua bidang yang bergerak di bidang hospitality juga menerapkan hal demikian.

Bagaimana dengan bisnis anda?

Ketika anda bertindak sebagai seorang yang melayani customer, masih sering menggunakan kata-kata yang masih meragukan?

Sekedar sharing pengalaman…

50% tamu di Restaurant tempat saya bekerja adalah expatriate, dan bukan tidak mungkin mereka menuntut sesuatu yang prefect tanpa celah. Karena bayar mahal tentu ada harga yang harus dibayar.

Bagaimana dengan tamu lokal?

Sama saja,mereka juga orang-orang yang kritis dan berhak memperoleh pelayanan yang semestinya.

Dan apa yang terjadi jika kita memberikan jawaban yang tidak pasti?

Customer kita akan lari, karena tidak adanya profesioanlisme. Tidak adanya penguasaan produk yang benar, tidak adanya kualitas pelayanan.

Berita jelek akan tesebar kemana-mana. Sejumlah complaint pun akan kita hadapi. Bukan begitu?

karena customer membutuhkan sesuatu yang pasti, ya atau tidak.

Lalu bagaimana dengan kita yang mulai merambah dunia bisnis?

Memang hal ini terlihat sederhana, tapi bisa menjadi boomerang bagi kita jika kita juga tidak mencoba beperan sebagai customer.Karena dengan cara demikian anda akan tahu apa yang diminta seorang customer.

Jadi berikanlah harga yang telah dibayar oleh customer dan mari kita tunjukan profesioanlisme pelayanan.

Semoga bermanfaat